Kamis, 09 Agustus 2012

PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH II

KATA PENGANTAR



Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Masa Daulah Umayyah II”. Tidak lupa shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator
terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada dosen pebimbing mata kuliah Fiqih yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini.



Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
individu mata kuliah fiqih dan di ajukan sebagai ugas akhir semester. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai masa munculnya Daulah Umayyah II, masa
keemasan dan kejayaannya serta masa runtuhnya daulah ini.



Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh mahasiswa
sebagai dasar dan pijakan di masa mendatang, seperti ungkapan Bung Karno
“Jadikanlah masa lalu sebagai jas merah”. Makalah ini juga dapat dijadikan
sebagai literatur perbandingan mengenai peristiwa maupun aspek yang melingkupi
tema Masa Daulah Umayyah itu sendiri, hal ini dikarenakan dalam pembuatan
makalah ini berdasar pada berbagai referensi buku-buku mengenai sejarah
perkembangan pada masa Daulah Umayyah II.



Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah
ini yang penuh dengan keterbatasan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati,
saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna
peningkatan dan perbaikan pada pembuatan makalah mendatang.







Palembang, 23 Desember 2008







Penyusun







PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG



Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya
maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”.
Apalagi kita sebagai orang Islam dan menuntut ilmu di Universitas Islam
tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu. Hal ini perlu
agar kita mampu menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang
pernah terjadi.



Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Islam pada masa Daulah Umayyah
II, atau tepatnya Islam di Andalusia. Andalusia yang kita kenal sekarang semula
disebut Vandal yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Dan untuk
lebih detailnya tentang perkembangan Islam di Andalusia ini akan diuraikan
dalam bab Pembahasan.



Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan
dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari masa daulah
umayyah II pada waktu itu.







B. RUMUSAN MASALAH



Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagaimana tertuang
dalam kata pengantar, meliputi:


Bagaimana kemunculan daulah Umayyah II, serta
cara-cara yang ditempuh hingga daulah Umayyah II ini berdiri?
Masa kejayaan daulah Umayyah, yaitu membahas
mengenai pada masa khalifah siapakah masa kejayaan itu terjadi dan prestasi
apa saja yang pernah diraih?
Runtuhnya daulah Umayyah II, yaitu
menjelaskan sebab-sebab mengapa daulah Umayyah II runtuh?



Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini
yang tim penulis buat dengan metode literatur kaji pustaka terhadap buku-buku
yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan berdasar pada diskusi
yang kami lakukan.



PEMBAHASAN







A.
Berdirinya Daulah Umayyah II



1. Islam masuk di Andalusia



Andalusia yang semula bernama Vandal
pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi
kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu
datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai
Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak
perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.



Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick.
Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut
kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa bin Nushair, gubernur
Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul
Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500
orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa
mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan
selat Gibraltar atau Jabal Thariq.



Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan
penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka
Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah
keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan
Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara
akibat korban sepucuk surat.



Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah,
diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan
Umayyah di Damaskus, mereka adalah:



a. Abdul Aziz bin Musa bin Nushair,
yang berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai beberapa
wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.



b. Ayub bin Habib, pada masa
pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan.



c. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi
(716-719 M)



d. Saman bin Malik Al-Chaulany
(719-721 M)



e. Anbasah (723-726 M), pada masa
pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke
lembah sungai Rhone.



f. Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M),
pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang termasuk wilayah
kekuasaan Prancis.



2.Pendiri Daulah Umayyah II



Ketika Daulah Abbasiyah berkuasa, banyak pemuka yang mendukung pemerintahan
Daulah Umayyah dan bani Umayyah dikejar-kejar serta ditangkap. Salah seorang
yang selamat dari kejaran para pendukung Daulah Bani Abbas adalah Abdurrrahman. Melalui Palestina dan
Afrika Utara, ia berhasil memasuki wilayah Andalusia. Keberhasilannya tidak
dicapai dengan mudah tetapi melalui usaha yang gigih, karena pada saat itu
Andalusia diperintah oleh Yusuf bin
Abdurrahman al-Fikry. Pada
masanya banyak terjadi pertentangan antara sesama kabilah Arab serta bangsa
Barbar. Pertentangan ini membuka peluang bagi Abdurrahman untuk ikut serta
dalam percaturan politik saat itu, dan ia berhasil memperoleh pengikut yang
banyak



Masuknya Abdurrahman ke wilayah Andalusia membuat Yusuf marah. Ia berusaha
mengusir Abdurrahman dari wilayah kekuasaannya itu. Akibat dari tindakan Yusuf
itu Abdurrahman melakukan perlawanan, sehingga terjadi pertempuran antara
keduanya di dekat Cordova pada tahun
139 H/ 758 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Abdurrahman Al-Dakhil,
dengan demikian ia memasuki Cordova dengan membawa kemenangan dan sejak saat
itulah Abdurrahman mendirikan kerajaan
Islam di Andalusia.



Karena keberhasilannya itulah ia
diberi gelar al-Dakhil, artinya orang
yang berhasil memasuki wilayah Andalusia dan selamat dari kejaran pemerintah
Daulah Abbasiyah. Sementara itu, Abu Ja’far al-Manshur memberinya gelar “saqar Quraiys”, artinya rajawali Quraiys yang mampu terbang jauh ke
wilayah Eropa di Andalusia.



3. Masa pemerintahan amir-amir Bani
Umayyah



a. Abdurrahman Al-Dakhil ( 757-788 M )



Setelah
mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang dilakukannya adlah
memperbaiki keadaan dalam negri. Hampir seluruh usianya dipergunakan untuk
memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Ja’far Al-Manshur
(khalifahAbbasiyah kedua), perlawanan dari raja Frank, Prancis, dan sebagainya.
Setelah dirasa aman barulah Abdurrahman melaksanakan pembangunan demi
kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah mendirikan masjid agung di Cordova,
yaitu masjid Al-Hambra dan setelah
beliau wafat pembangunan kemudian dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman
wafat di usianya yang ke-61 dan ia telah memerintah selama kurang lebih 31
tahun lamanya.



b. Hisyam bin Abdurrahman ( 796-822 M )



Ia seorang yang salih dan adil. Dalam
bidang pendidikan ia sangat mengutamakan sehingga lahirlah jabatan hakim (Qadli). Dan di bidang pembangunan ia
menyelesaikan mesjia raya Cordova.



c. Hakam I bin Hisyam ( 796-822 M )



Tabiatnya
sangat berbeda dengan ayahnya, ia suka sekali bermubuat maksiat terhadap
rakyatnya, sehingga banyak terjadi pemberontakan pada saat itu.



d. Abdurrahman II / Al-Ausath ( 822-852 M )



Ia
dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu[1], usaha-usaha
yang dilakukannya pun begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun
pembangunan.



4. Masa
Pemerintahan Khalifah



Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan
Abdurrahman III yang bergelar “An-Nashr” sampai munculnya “raja-raja kelompok”
yang dikenal dengan sebutan Muluk
al-Thawaif.







B.
Masa Kejayaan Daulah Umayyah
II



1.
Perkembangan
Kota dan Seni Bangun


Ketika Al-Dakhil
berkuasa, Cordova menjadi ibu kota
Negara. Ia membangun kembali kota ini dan
memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota
dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi
salah satu kota
terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri
adalah Masjid Jami Cordova.
Pada masa Hisyam
1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun oleh
al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman
yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
Pada masa Al-Mustanshir
dan Al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi
pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh
pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena
berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.



Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:


Al-Qashr al-Kabir



adalah kota
satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang
penggantinya.


Al-Rushafah



Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman
yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil disebelah barat laut
Cordova.Istana ini mencontoh bentuk istana dan taman Rushafah yang pernah
dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.


Masjid Jami’ Cordova
Jembatan Cordova
Al-Zahrar



Dibangun al-nashir di sebuah bukit di
pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova.Kemegahan
al-Zahra hampir menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk keistimewaan al-Zahra ialah kolam-kolam marmer buatan konstantinopel
berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis emas.



Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir
membangun saluran air yang menembus gunung sepanjang 80 km, karena Wadi
al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak
bisa diminum


Al-Zahirah



Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir,
tidak jauh dari Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah tempat
kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang
senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya.
Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah,
pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan
al-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu sisinya kemudian bersambung dengan
Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung denagn al-Zahra yang dalam
perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota Cordova.



















2.
Perkembangan
Bahasa dan Sastra Arab



Bahasa Arab masuk ke Andalusia
bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip keterangan
Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadi
bahasa resmi di Andalusia.



Sejalan
dengan perkembanga bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam
arti sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Diantar jenis
prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer
Ali”Orang –arang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan
bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa
selatan.



Diantara
sastrawan terkemuka Andalusia
adalah:


Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih



Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi
kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan sejarah.Ia semasa dengan empat
orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia gubah syair-syair , sehingga
ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.


Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid



Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa
potong saja yang ditemukan


Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah
puisi-puisi cinta.Pu



Isi-puisi yang dihimpun dalam antologi
Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya
sendiri dan pengalaman orang lain


Muluk al-thawaif dianggap penyair paling besar di Andalusia
pada masa itu



Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula musik
dan seni suara.Hasan Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab
mempunyai keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas
sampai sekarang, bahkan dia dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.











3.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan



Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara
politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara
keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan
timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang mengembangkan
ilmunya di Andalusia.



Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki
dimana dasar pemikiran hukumnya adalah hadits.Perhatian muslim Andalusia
terhadap hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu.Mahzab ini
diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad
al-lahmi.Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih
ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.



Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah
Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan
benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.



Sejalan dengan perkembangan filsafat,
berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu
pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.



Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan
filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis
antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada
masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umumnya,
merupakansalah satu kewajiban pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan
akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan
hasrat untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum
maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan,
sejak dari kota-kota besar hingga ke desa-desa.



Andalusia
pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga
hampir tidak ada seorang pun penduduknya
yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke
negara-negara Eropa Kristen, melalui
kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas
Cordova, Malaga, Granada,
Sevilla atau lembaga-lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.







C. Runtuhnya Daulah Umayyah II



Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia
dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:



1.
Konflik Islam dengan Kristen



Pada penguasa muslim tidak melakukan
islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti
dari kerejaan – kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka
memperahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal
tidak ada perlawanan bersenjata.Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah
memperkuat rasa kebangsaan orang – orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan
tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan
pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.



2.
Tidak Adanya Ideologi Pemersatu



Kalau di tempat – tempat lain, para
mukalaf diperlakukan sebagai orang islamyang sederajat, di Spanyol, sebagaimana
politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang – orang Arab tidak
pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak –tidaknya sampai abad ke-10 M,
mereka msih memberi istilah ‘ibad danmuwalladun kepada para mukalaf, suatu
ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok – kelompok etnis
non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan
dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan
tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya
figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.











3.
Kesulitan Ekonomi



Di paruh ke dua masa islam di Spanyol,
para penguasa membangun kota
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan
dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.



4.
Tidak Jelasnya Sistem Peralihan
Kekuasaan



Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan
diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan
Muluk Al-Thawif muncul. Granada
yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan
Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.



5.
Keterpencilan



Spanyol Islam bagaikan terpencil dari
dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan
kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang
mampu membendung kebangkitan Kristen
disana.















































KESIMPULAN







Daulah bani Umayyah II didirikan oleh
salah seorang keluarga bani Umayyah yang berhasil meloloskan diri dari kejaran
orang-orang bani Abbasiyah, yaitu Abdurrahman. Selanjutnya karena kemampuannya
meloloskan diri ke Andalusia dia diberi
julukan “Ad- Dakhil”. Dalam perkembangan selanjutnya daulah Umayyah di
Andalusia meneruskan usaha perluasan wilayah Islam ke beberapa daerah di Eropa.
Bukan hanya usaha perluasan wilayah saja yang mereka lakukan, melainkan juga
pengembangan seni, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Hal ini bisa mereka
lakukan karena daulah ini bisa bekerja sama dengan negeri-negeri tetangganya,
termasuk daulah Abbasiyah yang semula menjadi musuh mereka. Letak Andalusia
yang berada di benua Eropa memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan ke
berbagai wilayah Eropa. Sehingga bisa dikatakan kemajuan yang dicapai daulah
Umayyah II hampir sama dengan kemajuan daulah Abbasiyah di Baghdad.



Seperti halnya daulah-daulah Islam yang
dahulu, daulah Umayyah II juga mengalami keruntuhan akibat perebutan kekuasaan.
Meskipun penyebab terburuknya adalah serangan kaum Kristen, namun kondisi umat
Islam di Andalusia saat itu sedang melemah sedangkan kondisi umat Kristen berada
dalam kemajuan yang pesat.










































PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH II

Sumber: http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1630?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem


DAFTAR PUSTAKA







Hassan, Hassan
Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan
Islam. Yogyakarta.



Syalabi, A.
1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid
2. Jakarta: Pustaka Alhusna.



Syalabi, Ahmad. Mausu’ah
al Tarikh al Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Kairo: Maktabah
Al-Nahdhah Al-Mishriyah, 1979 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar